Hari itu, kamis 18 desember 2014,
Entah kenapa perasaan saya sejak pagi merasa deg-degan tak keruan. Saya pikir ini pasti karena hari itu saya ada jadwal persentasi untuk UAS. Jadi saya pikir ini hanya deg-degan biasa. Tapi ternyata hingga sampai di kampus perasaan saya semakin tidak keruan. Bahkan ketika dikabari bahwa jadwal persentasi saya ditunda (alias tidak jadi hari itu), perasaan deg degan saya tidak berkurang. Dan yang saya pikirkan saat itu hanyalah cepat pulang, saya harus segera pulang. Selesai satu mata kuliah, saya bergegas pulang. Saya sampai di rumah sekitar pukul 2 siang. Ada adik saya di rumah, yang kebetulan jadwal UAS di kampusnya sudah selesai sehingga sudah mulai libur. Setelah makan siang, saya tertidur setelah membaca buku. Cuaca siang hari itu saya rasakan tidak biasa. Agak lebih panas dari biasanya, dan hawa panasnya terasa berbeda.
Saya terbangun sekitar pukul setengah 5 sore, saya terbangun
karena mendengar suara berisik. Keretek,,keretek dari arah atas. Saya pun
bangun, saya melihat adik saya sedang mengintip keluar jendela. Melihat saya
sudah bangun, adik saya pun meminta saya melihat keluar jendela. Dan apa yang
saya liat? Saya melihat lingkaran angin di atas atap rumah tetangga saya.
Lingkaran angin yang berputar putar seperti yang pernah saya liat di televisi.
Awalnya lingkaran itu kecil namun lama kelamaan menjadi besar. Awalnya hanya
menerbangkan daun-daun kering dan sampah yang kebetulan berserakan, namun lama
kelamaan mulai menerbangkan barang yang lebih besar. Bahkan pohon mulai
bergoncang karena putaran angin itu. Dan putaran angin itu semakin besar dan
tidak terkendali.
Refleks saya dan adik saya lari ke dalam kamar. Jujur saya
mulai panik saat itu. Apalagi waktu saya mendengar suara ribut sekali di atas
rumah saya. Sepertinya saat itu putaran angin itu tepat berada di atas atap
rumah saya. Saya dan adik bingung harus berbuat apa. Refleks kami meringkuk di
belakang pintu. Yang saya pikirkan adalah saya harus melindungi adik saya. Saya
peluk adik saya sambil terus menyebut nama Allah. Saya menangis. Saya takut
sekali saat itu jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saat itu terjadi
saya mendengar suara orang mengumandangkan azan. Sampai azan dikumandangkan dua
kali barulah putaran angin itu terdengar mulai mereda. Cukup lama peristiwa itu
terjadi sekitar 30 menit. Dan mulai digantikan dengan turunnya hujan. Namun
saya kembali panik saat saya merasakan tetes air mengenai kepala saya. Waktu
saya liat ke arah atap, ternyata atap kamar saya bocor. Ketika saya mencoba
melihat keadaan di luar rumah, Allahu Akbar... rusak dan porak poranda
dimana-mana. Dan yang pertama kali saya liat adalah kanopi depan rumah saya
sudah rubuh, dengan posisi menggelayut hampir menutupi pagar masuk. Saya sampai
tidak berani keluar rumah.
Hujan semakin besar, saya dan adik segera bergegas
mengamankan barang-barang berharga. Laptop, dan segala macam barang di kamar
yang kami anggap penting segera kami amankan. Waktu saya liat, ternyata di
kamar orang tua saya pun bocor. Begitu juga dengan ruang tamu dan ruang
keluarga. Pastinya jika dapat melihat ke atap rumah, banyak genteng-genteng
yang bergeseran atau bahkan mungkin terbang karena angin puting beliung karena
saya liat banyak sekali berserakan genteng-genteng yang hancur di jalan,
batang-batang pohon yang berserakan, bahkan ada seonggok pagar kawat yang
nyasar di halaman rumah saya. Ini termasuk musibah yang cukup besar di daerah
rumah saya, namun yang aneh bahwa hanya RW rumah saya yang terkena musibah
angin puting beliung ini, RW yang lain aman-aman saja sama sekali tidak rusak.
Kuasa Allah menggariskan ini semua terjadi, Kun Fayakun...
Rupanya bocor di atap rumah kami cukup parah sehingga air
yang masuk ke dalam rumah cukup banyak, barang –barang elektronik lain yang tidak
dapat kami angkat seperti televisi hanya kami tutupi saja dengan penutup
seadanya. Bahkan ruang tamu bocor, dan gentengnya masuk ke dalam rumah.
Sehingga atap kami bolong cukup besar. Kami tadahi air yang masuk dengan ember
dan baskom seadanya saja. Sehingga banyak titik bocor yang tidak bisa kami
tampung airnya yang masuk. Sehingga rumah kami seperti kebanjiran. Apalagi
ternyata hujan turun semalaman, sehingga dalam rumah kami semakin tergenang
air. Alhamdulillah masih ada satu kamar yang selamat, tidak bocor sama sekali.
Sehingga bisa kami jadikan tempat kami beristirahat malam itu dan kami jadikan
tempat memasukkan barang-barang berharga yang berhasil kami amankan. Karena
angin puting beliung itu, ditambah hujan yang cukup deras dan listrik pun
padam. Alhamdulillah ada persediaan lilin dan lampu emergency yang rupanya
masih menyimpan cadangan listrik. Lumayan bisa menemani sebentar malam kami
yang gelap. Saya dan adik hanya bisa berdiam di kamar belakang tersebut, namun
ketika ingin ke kamar mandi harus melewati ‘banjir kecil’ di ruang keluarga.
Jujur saya sedih saat itu, ditambah hanya berdua dengan adik
saya. Karena memang kami hanya tinggal berdua saja di rumah. Orang tua saya
tugas di semarang, sudah hampir sekitar 3 tahun. Sehingga saya merasa bertanggung
jawab untuk merawat dan melindungi adik saya di bandung. Serta tentu saja
menjaga rumah orang tua saya. Malam itu kami berdua habiskan dengan tidak
banyak berbicara, kami lebih banyak diam. Kami asyik dengan pikiran kami
masing-masing. Mungkin masih shock dengan kejadian tadi sore.
Keesokan harinya, saya dan adik saya menyempatkan diri untuk
melihat keadaan sekitar. Kami berjalan mengelilingi komplek. Ternyata banyak
rumah-rumah dan bangunan yang rusak parah. Bahkan banyak pohon yang roboh
sehingga menutupi jalan. Perlu waktu sekitar 2 minggu untuk benar-benar
membenahi kerusakan yang terjadi di daerah saya. Selama dua minggu itu tiap
hari saya melihat truk sampah mondar mandir membawa puing-puing sampah akibat
musibah puting beliung tersebut. Kondisi
rumah dan bangunan yang rusak membuat saya penasaran akankah ada korban jiwa
karena musibah ini? Alhamdulillah di kompleks saya tidak ada korban jiwa. Malah
saat musibah terjadi ada tetangga yang sedang mengandung 9 bulan. Mungkin
karena kaget dan shock, setelah angin puting beliung reda, sang ibu langsung
merasakan mules ingin melahirkan. Dan benar saja, malam itu juga sang ibu
melahirkan bayinya... alhamdulillah ibu dan bayinya selamat.
Malam setelah kejadian puting beliung tersebut, saya banyak
berpikir malam itu, lebih tepatnya merenung. Kejadian sore itu adalah ujian
atau bencana yang Allah timpakan pada kami? Mungkin selama ini kami seringkali
lalai dalam menjaga amanah yang dititipkan-Nya? Namun satu yang pasti, dan
patut saya syukuri sampai saat ini adalah Allah masih memberikan kesempatan
bagi kami untuk hidup. Masih diberikan kesempatan menghembuskan nafas
kehidupan. Masih diberikan kesempatan untuk beribadah kepada-Nya Sang Maha
Pemberi Hidup. Dan dengan musibah itu saya dapat merasakan bagaimana
saudara-saudara saya yang terkena musibah di berbagai daerah di indonesia.
Kebetulan saat itu juga masih ramai pemberitaan tentang longsor di daerah
semarang. Sungguh posisi yang benar-benar menguji kesabaran dan keihklasan
untuk menghadapinya...
Dan keyakinan itu selalu ada, bahwa di setiap peristiwa yang kita alami, baik itu berupa ujian, musibah, bahkan kebahagiaan sekalipun, akan selalu ada hikmah yang Allah berikan kepada kita, tinggal bagaimana kita menyikapinya hingga kita dapat memahaminya....
* beberapa foto kondisi rumah setelah terkena puting beliung, alhamdulillah tidak rusak parah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar