life is a journey

life is a journey

Kamis, 13 November 2014

Novel Tentang 'Rindu'



Ini rekor terlama yang pernah ada untuk saya membaca satu buah novel. Biasanya mau setebal apapun novel yang saya baca, akan habis dibaca dalam sehari, atau paling lama tiga hari. Tapi kali ini untuk membaca satu buah novel karya penulis favorit saya, hampir 2 minggu berlalu. Tepatnya 10 hari. Mungkin karena sekarang pikiran saya pun harus terbagi untuk menyelesaikan studi saya. Walaupun sampai saat ini masih belum menemukan judul yang fix, setidaknya sudah ada titik terang untuk mulai menyusunnya. Mudah-mudahan bisa lulus sesuai target. Aamiin ya Allah..

Novel ini berjudul ‘Rindu’. saya pikir ini adalah novel terbaru Bang Tere Liye. Karena saya lihat cetakan pertamanya adalah bulan oktober 2014. Masih sangat baru berarti. Sebenarnya saya tidak berniat untuk membeli novel ini. Tapi tanpa sengaja saat pergi ke sebuah pusat elektronik untuk membeli barang pesanan bapak, saya dan adik mampir ke toko buku Gramedia yang kebetulan letaknya hanya berseberangan dengan pusat elektronik ini. Sayang dong jauh-jauh dari rumah hanya untuk membeli pesanan bapak saja. Setidaknya saya bisa memanjakan mata saya dengan melihat tumpukan buku-buku Gramed ini. Saya sudah berniat bahwa untuk saat ini saya harus mengerem kegemaran saya membeli dan membaca novel. Setidaknya sampai garapan proposal saya sudah mencapai satu bab. Tapi demi melihat novel ini ada di tumpukan novel terbaru, saya tidak tahan untuk tidak mengambilnya dan membawanya ke meja kasir. Aaaahhhh pupus sudah harapan saya untuk ‘puasa’ membaca novel. Jadilah novel ini saya baca di sela-sela kejenuhan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan organisasi.

Novel ini sangat istimewa bagi saya. Menceritakan tidak hanya kisah dari seorang tokoh. Tapi beberapa tokoh. Sehingga kisah yang diceritakan pada novel ini tidak ‘melulu’ tentang satu objek. Dengan latar waktu tahun 1938. Awalnya saya pikir mungkin agak sedikit membosankan membaca novel ini, walaupun saya tahu kalau novel bang tere selalu menjadi salah satu favorit saya. Tapi ternyata dugaan saya salah, justru ini novel yang banyak sekali bisa saya ambil hikmahnya.
Kisah ini dengan latar waktu sebelum kemerdekaan, latar tempatnya adalah sebuah kapal besar yang mengangkut jamaah haji Indonesia pada tahun itu. Dengan perjalanan selama satu bulan melewati lautan bahkan samudera untuk menuju Tanah Suci. Dan pada perjalanan ini, mampu menjawab lima pertanyaan dari para tokohnya sampai ketika tiba di tanah suci sana. Justru menurut saya disinilah yang menarik. Karena kelima pertanyaan tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Pertanyaan yang kadang kita sendiri tanpa sadar telah mempertanyakannya bahkan mungkin mengalaminya. Dan saya sendiri pun berkali-kali menitikkan air mata ketika membacanya. Apakah novel ini begitu sedih? Tidak. Novel ini pun berkali-kali membuat saya tersenyum-senyum sendiri membacanya, terutama pada tokoh gadis kecil dalam novel ini dengan segala tingkah polah lucunya. 

Tapi yang membuat saya menitikkan air mata bahwa pertanyaan-pertanyaan yang selama ini dipendam oleh para tokohnya, pun saya alami walaupun dengan kisah yang jaauh berbeda. Tapi pesan yang saya dapatkan dari novel Bang Tere kali ini benar-benar sampai ke hati saya. Salah satunya adalah bagaimana cara kita untuk memaafkan diri kita atas kesalahan masa lalu yang terus dipendam di hati. Pada cerita ini saya tak kuasa membendung air mata saya demi membaca kisah dari tokoh yang Bang Tere ceritakan di sini. Saya pun sedang mencoba untuk memaafkan kisah masa lalu saya. Kemudian pertanyaan tentang cinta sejati. Ini pun sangat dekat dengan apa yang saya rasakan. Pernah mencintai seseorang (walaupun itu dilakukan diam-diam) namun sepertinya dia memang bukan jawaban dari doa-doa saya selama ini. Hingga kini doa yang selalu saya lantunkan adalah agar Allah hanya memberi saya kesempatan untuk jatuh cinta hanya pada jodoh saya saja. Rasanya tidak ingin lagi saya mencintai seseorang yang ‘salah’. Dan yang paling tidak bisa saya tahan,  tentang kerinduan  yang begitu besar untuk dapat menjejakkan kaki di tanah suci sana.. Robb,,panggil kami ke tanah suci-Mu. Berapa tahun pun akan ku tunggu panggilan suci dari-Mu,,

Bagi saya, ini novel kedua yang sangat berbeda dari seorang Tere Liye setelah novel ‘Bumi’ yang sampai sekarang sangat saya tunggu kelanjutan kisahnya.

Great job Bang! Terima kasih atas pesan-pesan hikmah yang Bang Tere selipkan pada novel ‘Rindu’ ini. Semoga Bang Tere bisa terus berkarya dan bisa terus menebarkan pesan-pesan kebaikan dalam tiap goresan kisah yang Bang Tere ceritakan. Sejujurnya ketika membaca novel ini pun membuat saya berpikir tentang keinginan saya menjadi penulis besar seperti Bang Tere. Saya ingin sekali bisa menebarkan kebaikan lewat tulisan-tulisan saya. Tapi saya sangat menyadari, dan setelah membaca novel ini saya semakin menyadari bahwa ilmu saya sangatlah dangkal untuk bisa menulis kisah dengan penuh hikmah. Tapi saya akan terus mencoba menulis, menulis dan terus menulis hingga Allah berkenan memberi saya kesempatan mencapai impian saya ini. ^^

“Rindu”....^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar