Ini rekor terlama yang pernah ada untuk saya membaca satu
buah novel. Biasanya mau setebal apapun novel yang saya baca, akan habis dibaca
dalam sehari, atau paling lama tiga hari. Tapi kali ini untuk membaca satu buah
novel karya penulis favorit saya, hampir 2 minggu berlalu. Tepatnya 10 hari.
Mungkin karena sekarang pikiran saya pun harus terbagi untuk menyelesaikan
studi saya. Walaupun sampai saat ini masih belum menemukan judul
yang fix, setidaknya sudah ada titik terang untuk mulai menyusunnya.
Mudah-mudahan bisa lulus sesuai target. Aamiin ya Allah..
Novel ini berjudul ‘Rindu’. saya pikir ini adalah novel
terbaru Bang Tere Liye. Karena saya lihat cetakan pertamanya adalah bulan
oktober 2014. Masih sangat baru berarti. Sebenarnya saya tidak berniat untuk
membeli novel ini. Tapi tanpa sengaja saat pergi ke sebuah pusat elektronik
untuk membeli barang pesanan bapak, saya dan adik mampir ke toko buku Gramedia
yang kebetulan letaknya hanya berseberangan dengan pusat elektronik ini. Sayang
dong jauh-jauh dari rumah hanya untuk membeli pesanan bapak saja. Setidaknya
saya bisa memanjakan mata saya dengan melihat tumpukan buku-buku Gramed ini.
Saya sudah berniat bahwa untuk saat ini saya harus mengerem kegemaran saya
membeli dan membaca novel. Setidaknya sampai garapan proposal saya sudah
mencapai satu bab. Tapi demi melihat novel ini ada di tumpukan novel terbaru,
saya tidak tahan untuk tidak mengambilnya dan membawanya ke meja kasir.
Aaaahhhh pupus sudah harapan saya untuk ‘puasa’ membaca novel. Jadilah novel
ini saya baca di sela-sela kejenuhan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas
kuliah dan organisasi.
Novel ini sangat istimewa bagi saya. Menceritakan tidak
hanya kisah dari seorang tokoh. Tapi beberapa tokoh. Sehingga kisah yang
diceritakan pada novel ini tidak ‘melulu’ tentang satu objek. Dengan latar
waktu tahun 1938. Awalnya saya pikir mungkin agak sedikit membosankan membaca
novel ini, walaupun saya tahu kalau novel bang tere selalu menjadi salah satu
favorit saya. Tapi ternyata dugaan saya salah, justru ini novel yang banyak
sekali bisa saya ambil hikmahnya.
Kisah ini dengan latar waktu sebelum kemerdekaan, latar
tempatnya adalah sebuah kapal besar yang mengangkut jamaah haji Indonesia pada
tahun itu. Dengan perjalanan selama satu bulan melewati lautan bahkan samudera
untuk menuju Tanah Suci. Dan pada perjalanan ini, mampu menjawab lima
pertanyaan dari para tokohnya sampai ketika tiba di tanah suci sana. Justru
menurut saya disinilah yang menarik. Karena kelima pertanyaan tersebut sangat
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Pertanyaan yang kadang kita sendiri
tanpa sadar telah mempertanyakannya bahkan mungkin mengalaminya. Dan saya
sendiri pun berkali-kali menitikkan air mata ketika membacanya. Apakah novel
ini begitu sedih? Tidak. Novel ini pun berkali-kali membuat saya
tersenyum-senyum sendiri membacanya, terutama pada tokoh gadis kecil dalam
novel ini dengan segala tingkah polah lucunya.
Tapi yang membuat saya
menitikkan air mata bahwa pertanyaan-pertanyaan yang selama ini dipendam oleh
para tokohnya, pun saya alami walaupun dengan kisah yang jaauh berbeda. Tapi
pesan yang saya dapatkan dari novel Bang Tere kali ini benar-benar sampai ke
hati saya. Salah satunya adalah bagaimana cara kita untuk memaafkan diri kita
atas kesalahan masa lalu yang terus dipendam di hati. Pada cerita ini saya tak
kuasa membendung air mata saya demi membaca kisah dari tokoh yang Bang Tere
ceritakan di sini. Saya pun sedang mencoba untuk memaafkan kisah masa lalu
saya. Kemudian pertanyaan tentang cinta sejati. Ini pun sangat dekat dengan apa
yang saya rasakan. Pernah mencintai seseorang (walaupun itu dilakukan
diam-diam) namun sepertinya dia memang bukan jawaban dari doa-doa saya selama
ini. Hingga kini doa yang selalu saya lantunkan adalah agar Allah hanya memberi
saya kesempatan untuk jatuh cinta hanya pada jodoh saya saja. Rasanya tidak
ingin lagi saya mencintai seseorang yang ‘salah’. Dan yang paling tidak bisa
saya tahan, tentang kerinduan yang begitu besar untuk dapat menjejakkan kaki
di tanah suci sana.. Robb,,panggil kami ke tanah suci-Mu. Berapa tahun pun akan
ku tunggu panggilan suci dari-Mu,,
Bagi saya, ini novel kedua yang sangat berbeda dari seorang
Tere Liye setelah novel ‘Bumi’ yang sampai sekarang sangat saya tunggu
kelanjutan kisahnya.
Great job Bang! Terima kasih atas pesan-pesan hikmah yang
Bang Tere selipkan pada novel ‘Rindu’ ini. Semoga Bang Tere bisa terus berkarya
dan bisa terus menebarkan pesan-pesan kebaikan dalam tiap goresan kisah yang
Bang Tere ceritakan. Sejujurnya ketika membaca novel ini pun membuat saya
berpikir tentang keinginan saya menjadi penulis besar seperti Bang Tere. Saya
ingin sekali bisa menebarkan kebaikan lewat tulisan-tulisan saya. Tapi saya
sangat menyadari, dan setelah membaca novel ini saya semakin menyadari bahwa ilmu
saya sangatlah dangkal untuk bisa menulis kisah dengan penuh hikmah. Tapi saya
akan terus mencoba menulis, menulis dan terus menulis hingga Allah berkenan
memberi saya kesempatan mencapai impian saya ini. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar