life is a journey

life is a journey

Minggu, 15 Mei 2016

Soal Per-N-I-K-A-H-an



Akhir-akhir ini entah mengapa tema mengenai ‘pernikahan’ semakin sering ditanyakan orang pada saya. Waktu kuliah dulu kadang-kadang ada yang bertanya tentang hal ini. Tapi sekarang? Oh My God, hampir tiap hari. Oke fine!Haha mungkin memang udah usianya kali yah. Dan ternyata orang tua saya pun sudah mulai semakin gencar menyinggung-nyinggung hal itu saat mengobrol. Hemmm bagaimana rasanya? Haha yaaa gimana ya, kalau keinginan menikah pasti dong ada, tapi kembali lagi saya serahkan sama Allah. Siapa jodoh saya, kapan saya menikah, itu semua sudah saya serahkan kepada Allah. Saya nggak mau sok tahu untuk urusan ini. Jadi setiap ada orang yang mulai bertanya tentang hal ini, saya Cuma jawab sambil tersenyum, “Mohon doanya saja,,,” Kalau disegerakan alhamdulillah, kalau memang harus menunggu lebih lama lagi, why not? Semua sudah Allah atur. Saya cuma bisa terus berdoa dan berikhtiar untuk menjemputnya dengan terus memperbaiki dan memantaskan diri untuk bertemu sosok imam bagi dunia dan akhirat saya. ^^



Hei kamu! iya kamu... yang nantinya jadi jodohku, sabar yaaa menanti pertemuan kita. Aku masih terus memantaskan diri, semoga kamu juga begitu. Hingga Allah meridhoi pertemuan kita dan mempersatukan kita....^^

Di Jalan Ini Aku Melangkah



Selepas kuliah, ada tuntutan yang tanpa diminta namun rasanya menjadi sebuah ‘keharusan’ bagi diri saya pribadi agar ilmu yang didapat selama kuliah dapat diamalkan. Sempat merasakan magang selama kurang lebih 2 bulan di sebuah bank syariah, sehingga saya merasakan sepertinya dunia kerja seperti ini tidak cocok bagi saya. Ada-hal-hal prinsipil yang tidak dapat saya temukan disana. Inilah yang membuat saya sangat pemilih dalam memutuskan ingin bekerja dimana. Prinsip saya bahwa bekerja tidak hanya untuk mencari rizki, tapi juga mencari keberkahan dan keridhoan Allah akan segala hal yang kita kerjakan di dunia ini. Hehe berat memang. Tapi saya seorang yang memegang prinsip. Dan prinsip itulah yang selalu membuat saya memiliki batas akan hal-hal apa saja yang bisa saya lakukan dan tidak bisa saya lakukan.  

Awalnya saya ingin ‘banting setir’ dari dunia akuntansi, ingin mencari pekerjaan sebagai seorang editor buku (kembali ke hobi saya). Namun ternyata takdir berkata lain, sepertinya memang harus ada ‘pengamalan’ dari ilmu yang diperoleh selama kuliah. Daaaannnn kini di sebuah yayasan pendidikan yang fokus pada tahfidz quran, saya bergabung disana sebagai seorang admin keuangan di divisi TK, TAUD dan Kursus Tahfidz. Awalnya saya tidak mengira bahwa akan menjadi seorang admin keuangan di sekolah, ternyata ini salah satu jawaban dari Allah. Dulu saya pernah memiliki keinginan, jika memang harus bekerja di bidang akuntansi, saya ingin bekerja di sekolah (TU) dan inilah jawaban Allah dari keinginan itu. Dan alhamdulillah ini jauh lebih baik dari ekspektasi saya. Disini tidak hanya sekedar sekolah bagi anak-anak tapi juga menjadi sekolah bagi saya. Malu rasanya ketika melihat anak usia balita sedang bermain sambil menghafal Quran, tapi saya yang sudah sebesar ini? Ah seperti ditampar bolak-balik.

Tidak hanya itu saja. Saya semakin betah disini saat diberi tawaran untuk mengajar anak-anak yatim yang juga mondok di sana. Yayasan ini memang memiliki program tahfidz juga untuk anak-anak yatim piatu di sekitar daerah yayasan. Ada 23 anak dari usia 5 tahun hingga usia SMP. Saya memang tidak mempelajari agama secara khusus kecuali saat mondok dulu, jadi insya Allah ada sedikit bekal ilmu yang bisa saya bagikan kepada anak-anak. Pembentukan karakter dan akhlak yang diutamakan dari pengajaran ini, sehingga bismillah saya terima tawaran untuk mengajar PAI. Dan dijadikan guru badal jika guru-guru lain tidak bisa hadir. Hingga jam kerja yang tadinya dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore, kini ditambah dengan mengajar anak-anak dari jam 4 hingga setengah 6 sore. Lelah memang. Setelah seharian bekerja, kemudian dilanjutkan mengajar di sore harinya. Tapi walaupun lelah, hanya fisik saja yang merasakan. Hati ini selalu merasa senang setelah selesai di hari itu. Memberi sedikit ilmu yang saya punya, melihat senyum mereka saat belajar, mendengar cerita dan celotehan mereka, ah sesuatu yang membahagiakan bagi saya. Ada satu kepuasan yang tidak bisa saya dapatkan di tempat lain. Dan hanya ucapan syukur atas takdir Allah saya bisa dipekerjakan di sini dan dipertemukan dengan mereka. Belajar banyak hal dari mereka, terutama tentang rasa syukur yang seringkali luput dan terlupakan atas semua nikmat yang Allah beri dalam kehidupan saya.

Selain dengan anak-anak pondok yang semakin hari semakin saya cintai, disinipun saya bekerja dengan orang-orang yang luar biasa. Orang-orang sederhana dengan pemikiran luar biasa mereka yang selalu membuat saya kagum. Walau dengan berbagai keterbatasan yang ada, mereka terus bersatu dan bergerak maju. Hal ini seringkali membuat saya malu. Apa yang sudah saya berikan untuk perjuangan bagi agama ini???? Ah kembali ditampar untuk hal ini. Allah Allah Allah...Robbighfirlii...
Kesempatan untuk bergabung dalam perjuangan ini, bergerak dan maju bersama orang-orang luar biasa ini adalah suatu hal yang sangat saya syukuri. Terima kasih ya Allah, semoga kisah indah ini akan terus berlanjut. Walaupun jalan ke depannya tidak akan selalu mudah, tapi saya selalu yakin bahwa Allah pasti akan menolong orang-orang yang berjuang untuk agama-Nya.


_15 mei 2016, malam hari di Bandung yang mulai terasa semakin dingin _

Kamis, 24 Maret 2016

METAMORFOSIS



Pernah ada pertanyaan kapan tepatnya mulai memakai hijab? Hemm kalo mulai memakai dari kelas 5 SD. Awal mulanya karena masuk sekolah islam, jadi seragamnya wajib pake kerudung. Tapi sekolahnya pake celana loh bukan pake rok. Baju sekolahnya kayak baju koko gitu yang ada dua kantong di bagian bawahnya.Tapi ya itu namanya anak SD, karena emang belum baligh juga jadi mama sempet bilang nnti aja pake jilbabnya toh belum baligh ini. Hihi tapi malu ah, masa di sekolah pake kerudung tapi kalo keluar rumah ga pake, kan ga kaciii. Jadi waktu SD mulai pake kerudung bukan karena udah ngerti tentang kewajiban menutup aurat.

Beranjak remaja, masuk SMP. Awalnya mau masuk pondok, tapi ternyata Allah ngasih sakit dulu dan harus rawat jalan selama 6 bulan. Jadilah untuk masuk pondok ditunda sampai selesai pengobatan. Akhirnya sempat sekolah setahun di satu SMP swasta di lampung. Karena daftarnya udah telat banget, jadinya ga ada pilihan masuk ke SMP unggulan (padahal nilai-nilai SD saya bagus loohh, bisa masuk sekolah unggul, haha sudahlah).

Setahun bersekolah disana, saya ga betah. Di kelas, hanya saya yang berjilbab. Mungkin pada saat itu di zaman itu belum banyak siswi berjilbab, jadinya sering banget saya digangguin sama teman sekelas. Kalo digangguin sekedar ngeledek mah gapapa ya, ini dijailinnya ditarik-tarik kerudungnya. Malah kadang dijailin dibuka ke atas pake gagang sapu. Pernah sampe kebuka beneran kerudungnya. Ya Allah... jadilah keluar sifat garang saya (padahal udah niat mau jadi kalem pas SMP, tapi ga bisa, hadeuhh).  Ada sebenarnya satu orang lagi teman saya yang berkerudung, tapi pendiemnya minta ampuuuunnnn. Ga bersosialisasi sama sekali. Jadi apalah daya tak bisa diajak temenan dan teman-teman juga ga berani ngegangguin. Dia juga ga pernah ngebelain saya waktu digangguin sama teman-teman. Jadilah tiap ada yang gangguin saya, saya kejar orangnya sambil bawa sapu ngancem mau saya pukul. Benar-benar  kekanakan dan tidak perempuan sekali pokoknya, haha malu kalo diingat-ingat. Tapi itu cara saya bertahan, kalo gak kuat bisa-bisa saya kegoda buat ngelepas kerudung.
Gara gara itu, hampir tiap pulang sekolah saya nagih janji ke mamah karena masa 6 bulan pengobatan telah saya lalui, saya minta cepet dipindahin ke pondok aja (tapi saya ga pernah cerita kalo saya sering dijailin di sekolah, hehe. Kasian kalo mamah tahu nanti sedih). Mamah Cuma bilang sabar nunggu setahun dulu baru nanti pindah ke pondok. Akhirnya saya nurut, untuk nyelesain satu tahun sekolah di lampung. Ternyata walaupun ga betah, saya masih bisa jadi juara kelas loh *bangga.

Naik kelas dua yang saya tunggu-tunggu pun tiba. Akhirnya saya bisa pindah ke pondok, yipppiiiii. Di pondok inilah saya mulai belajar pakai rok dan kaos kaki. Kerudungnya juga mulai pake kerudung segiempat yang lebarnya sampai menutupi dada. Karena belum terbiasa pake rok panjang sehari-hari, sering banget rok saya robek dibagian bawahnya. Gimana ga robek, wong jalannya grasak grusuk gitu loh. Jadi seperti kegiatan rutin, berapa minggu sekali yaitu menjahit rok yang robek. Kalo roknya robek sedikit kadang masih saya biarkan, kalo sudah mulai lebar baru dijahit, hihi jangan ditiru yaaaa. Mulai mengenal gamis juga dipondok, karena ada jadwalnya setiap jumat diwajibkan pake gamis. Lama-kelamaan saya mulai terbiasa dengan pakaian seperti ini dan merasa nyaman. Tidak robek-robek lagi roknya, haha. Udah belajar hati-hati kalo jalan. Belajar jadi perempuan, eh  tepatnya belajar jadi muslimah (nyengirr, haha). 

Beranjak SMA, saya mulai mengenal dunia diluar pondok. Saat itu bahkan sampe sekarang mayoritas kerudung yang dipakai adalah kerudung paris, karena memang harganya terjangkau untuk dibeli. Tapi kainnya memang tipis. Jadi walaupun sudah memakai ciput, masih sering keliatan lehernya. Waktu dulu belum kenal yang namanya ciput ninja (ciput yang menutup sampai leher). Dulu awal pakai kerudung ini saya mengakali dengan melilitkan satu sisi kerudung ke atas kepala, jadi bagian leher juga ketutup.  Tapi kemudian saya melihat banyak teman-teman yang memakai kerudung dobel. Jadilah saya mulai belajar mengenakan kerudung yang pakainya didobel dua. Dua kerudung yang warnanya tidak berbeda jauh dipakai bersama alias didobel. Jadi tidak menerawang lagi, hehe. Cara ini sangat bermanfaat untuk yang mau berhijrah tapi memang berat dikeuangan. Jadi bisa memanfaatkan kerudung yang dimiliki saja. Nanti kalo ada rezeki baru beli kerudung baru, jangan paris lagi tapi ya, hehe.  

Alhamdulillah saat kuliah bisa masuk di universitas negeri yang kental sekali nuansa keislamannya. Mungkin karena memang daerah kampus berdampingan dengan kompleks pondok pesantren milik Aa Gym. Tapi memang kampus saya ini sering dijuluki sebagai Universitas Pondok Indonesia (UPI), tapi bukan tanpa alasanloh. Waktu masa orientasi kampus angkatan say (2011), saat semua mahasiswa dikumpulkan di gymnasium sejauh mata memandang bak melihat lautan putih (lautan jilbab putih). Baaaaaanyak sekali mahasiswinya yang berjilbab. Itu dari awal masuk. Setelah menjalani satu, dua, tiga tahun kuliah, banyak diantara teman-teman saya yang awlnya tidak berjilbab tapi kemudian akhirnya memutuskan berjilbab. Jadi bisa dihitung berapa orang dalam kelas saya yang tidak berjilbab (tidak sampai 10 orang). Jadi saya rasa memang tidak salah julukan itu diberikan. Organisasi keislamannya juga banyak, ada 7. Sampai dibentuk perkumpulan organisasi islam di kampus UPI sebutannya ‘7 pelangi UPI’, keren kannn? Dan organisasi yang saya ikuti termasuk didalamnya.

Alhamdulillah di sini pun dipertemukan dengan teman-teman yang sholeh juga sholehah, juga lingkungan yang terasa sekali ukhuwah islamnya. Padahal dulu awal kuliah di bandung saya sangat takut tidak bisa menyesuaikan diri di kota sebesar bandung ini. Maklumlah saya dari daerah, hehe. Tapi Allah memang Maha Baik, selalu membersamai kita ketika kita mencoba untuk terus istiqomah. Disini saya kembali belajar memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi. Sampai saat ini pun masih terus dan terus belajar. Mudah-mudahan Allah ridho dengan perjalanan hijrah yang masih akan terus berlanjut ini, aamiin ^_^

Kamis, 25 Februari 2016

Aku, Kau dan SA



Tetiba kangen sama para Atang ini (Akhwat Tangguh ceritanya, haha ga keren amat ya singkatannya). Sama-sama pernah megang yang namanya bagian Science Academic (SA) khususon bagian kajian. You know lah, kalo ini adalah bagian yang keren abis dan pastinya kece paraaaaahhhh. Yang tiap jumat sore nongkrong di selasar mesjid Al Furqon, di lantai 3 masjid Al Furqon atau kalo cuacanya cerah suka gelar lapak di taman bareti, depan amphiteater, atau di sekre SCIEmics tercintah. Kerjaannya tiap minggu ya itu ngajakin orang pada ikut kajian ekis. Suka sedih kalo pas yang datang kajian sedikit. Atau orang yang diajakin nolak atau malah nyuekin. Tapi emang pantang menyerah, teteuppp aja tiap minggu gitu lagi-gitu lagi. Emang da kita mah tidak kenal kata menyerah, haha Hidup SA!!!

Untuk Teh Ary, terima kasih udah mau dan sabar ngebimbing irni, terima kasih sudah mau menjadi alarm irni , terima kasih untuk pesan dan nasihatnya dan terima kasih untuk setiap waktu berharga yang dihabiskan bersama.

Untuk dua adikku tercinta Ipeh dan Nisa, terima kasih karena sudah mau berjuang bersama, terima kasih untuk setiap waktu berharga yang dihabiskan bersama, terima kasih sudah mau nerima irni apa adanya.

Maafkan karena banyak sekali kekurangan dalam diri ini, kadang suka buat kesel atau marah, banyak nuntut ini itu, kadang suka ga peka bahkan suka ga perhatian.

Tapiiii....sekali lagi terima kasih sudah mau memegang amanah di SA bersama-sama.

Semoga semua yang pernah kita jalani dan kita lakukan bersama bisa bernilai ibadah di sisi Allah dan menjadi tambahan pemberat amal kita di akhirat kelak. Aamiin.       

Jumat, 27 November 2015

Cerita Menuju S E



Saya bukanlah orang yang pandai. Kemampuan intelektual saya masihlah berada pada level rata-rata bahkan mungkin bisa jadi dibawah itu. Saya bisa bertahan sampai pada tahap ini karena kebaikan Allah yang selalu menopang kehidupan saya dan tentu saja doa dari dua manusia terkasih dalam hidupku, mama dan bapak. Benar apa kata salah satu dosen saya, bahwa skripsi itu bisa terselesaikan bukan karena pintar atau tidaknya kita, tetapi mau atau tidak kita mengerjakannya. Namun cerita masing masing orang akan berbeda pada tahapan ini. Ketika kita sudah bersegera untuk mengerjakannya dan setengah berlari untuk mengejar target, kita harus berbesar hati ketika dosen pembimbing kita pun sedang mengejar deadline yang sama untuk kuliahnya. Sehingga kita sebagai mahasiswanya hanya bisa mengikuti jadwal dan waktu luang dosen untuk dapat melaksanakan bimbingan. Syukur bisa bimbingan 2 minggu sekali, walau sering pula dalam sebulan hanya satu kali bimbingan. Saya seringkali iri dengan teman-teman lain yang seminggu sekali bisa melaksanakan bimbingan. Tapiii yah apa mau dikata, mari kita saling mendoakan saja semoga urusan dosen pembimbing dipermudah dalam studinya, sehingga kita pun dapat merasakan kemudahan itu untuk bimbingan (itu nasehat yang selalu mama berikan untuk membesarkan hati saya, terima kasih ma untuk energi positif yang selalu diberikan).
--
Diawali dengan target untuk bisa melaksanakan sidang akhir di bulan juni, ternyata harus meleset sehingga saya baru bisa melaksanakan seminar usulan penelitian (SUP) pada awal bulan juli. Sehingga targetpun berubah, untuk bisa melaksanakan sidang akhir di bulan agustus (tujuannya pasti supaya tidak harus mengeluarkan biaya lagi untuk semester 9, meringankan beban orang tua, hehe). Itupun setelah sebelumnya saya harus menahan sedikit rasa kecewa karena acc untuk mengikuti seminar saya dapatkan sehari setelah pendaftaran untuk mengikuti seminar bulan juni ditutup. Mau tidak mau saya harus menunggu satu bulan kedepan untuk bisa mengikuti seminar. Tidak apa-apa, sambil menunggu waktu seminar sebulan kedepan, saya menggunakan waktu itu untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk pembuktian hipotesis. Sehingga setelah seminar, jeda waktu untuk menggarap dan menyelesaikan bab 4 tidak akan memakan waktu lama. Namun, lagi-lagi saya harus berbesar hati untuk menerima kenyataan bahwa sampai bulan agustus, skripsi saya belum dapat di acc untuk mengikuti sidang akhir. Dan target untuk sidang di akhir bulan agustus harus rela saya kubur. Dengan sedikit kekecewaan di hati, dan permintaan maaf kepada kedua orang tua saya karena harus mengeluarkan biaya lagi untuk kuliah saya di semester berikutnya.
Sebelum saya mengikuti sidang akhir, saya harus mengikuti ujian komprehensif dengan syarat minimal 2 minggu sebelum sidang akhir. Saya mendapat jadwal ujian komprehensif di tanggal 8 oktober, saya sangat berharap bisa melewati ujian ini dan lulus dalam satu kali ujian agar saya bisa mengikuti sidang di akhir bulan oktober. Sedikit cerita saat ujian komprehensif. Dosen penguji saya saat itu adalah pak agus yang merupakan kepala laboratorium prodi, sehingga ujian dilaksanakan di ruang kerja beliau yaitu di laboratorium. Saya masuk ke ruang ujian pada jam 8 pagi, dengan perasaan yang wahh tidak bisa saya gambarkan. Rasanya ingin menangis, deg-degan luar biasa, berharap hari itu segera terlewati. Materi ujian yang telah saya pelajari dari bahan kuliah semester 1 hingga semester 7 rasanya berlarian entah kemana saat duduk berhadapn dengan pak agus. Ingin lari keluar ruangan saat itu juga. Tapi....bismillah saja. Allah mudahkan, Allah lancarkan, Allah mampukan....aamiin.
Saat pertanyaan pertama diajukan, saya mencoba menjawab semampu saya. Hingga pertanyaan pertanyaan selanjutnya diajukan pak agus. Alhamdulillah pak agus mau bersabar menunggu saya menjawab sambil menggali memori saya dari apa yang saya baca tentang pertanyaan beliau. Hingga waktu 1,5 jam tidak terasa telah terlewati. Tiba saat menunggu keputusan pak agus apakah saya lulus atau tidak dalam ujian ini. Saya sudah mempersiapkan mental apabila harus mengulang ujian ini, saya tidak cukup percaya diri dengan jawaban-jawaban saya tadi. Namun ternyata saya langsung lulus ujian komprehensif ini...tanpa bisa saya tahan air mata saya jatuh. Ah malunya, kenapa tidak bisa saya tahan untuk tidak menangis. Pak agus langsung bertanya kenapa saya menangis, saya hanya menjawab terima kasih. Pak agus bilang, ini karena kerja keras saudara tidak perlu berterima kasih. Rasanya lega luar biasa bisa melewati ujian ini. Saat keluar ruangan, lagi-lagi air mata tidak dapat saya tahan, kalo dilihat orang pasti mereka menganggap saya cengeng dan lebay banget haha, beruntung lab ada di lt 3, dan sepi tidak ada orang.
Tinggal satu tahap lagi yang harus dilewati, sidang akhir! Saya baru bisa mendapat acc dosen pembimbing seminggu sebelum sidang akhir dilaksanakan. Beruntung saya masih bisa mendaftarkan nama saya, padahal hari itu teman-teman lain yang namanya sudah terdaftar untuk sidang tanggal 28 oktober sudah diberi pengarahan. Saat mereka diberi pengarahan, saya baru bertemu dengan dosen pembimbing saya dan alhamdulillah bisa langsung di acc hari itu juga untuk mengikuti sidang akhir. Ah benar-benar detik-detik yang tidak ingin saya ulangi seperti saat seminar sehingga saya harus menunggu sebulan lagi. Tapi Allah Maha Baik...saya masih bisa mendaftarkan nama saya hari itu untuk mengikuti sidang tanggal 28 oktober. Benar, apa yang kita perjuangkan dan kita yakini pasti akan bisa kita dapatkan dengan ikhtiar langit dan bumi tentunya. Kalo kata sahabat saya mah, ayo doanya ngaborobot, doa ngaborobot ^_^
--
28 oktober 2015, bertepatan dengan hari sumpah pemuda dan akan menjadi hari yang bersejarah dalam kehidupan saya. Hari yang saya tunggu-tunggu sekaligus hari yang ingin saya hindari (kalo bisa, hehe). Perjuangan tahap terakhir dalam kuliah saya untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi setelah menempuh kuliah selama 4 tahun lamanya. Walaupun memang sudah 2 bulan masuk semester 9 sebenarnya hehe. Ahh jika harus flashback ke masa-masa diawal perjuangan kuliah ini, saya rasa akan banyak air mata yang menetes. Terima kasih ya Allah Engkau Maha Baik...^_^
Pembukaan sidang baru dilaksanakan pada jam 9, dan dibuka langsung oleh bapak dekan. Ah perasaan saya semakin tidak karuan untuk melewati dan menjalani hari ini. Bismillah bismillah....ayo irni you can do it, haha. Jam setengah 10 nama pertama dipanggil, dilanjutkan dengan nama kedua dan nama-nama selanjutnya. Hingga dzuhur terlewati dan menunjukkan jam 2 siang, nama saya belum juga dipanggil. Hingga ashar menyisakan hanya nama saya saja yang belum dipanggil. Saya mulai merasakan sesuatu yang tidak beres, ada apa ini? Kenapa nama saya belum juga dipanggil, padahal dosen penguji saya saat itu saya lihat sedang tidak berkegiatan di dalam prodi. Begitu juga dengan dosen-dosen yang lain. Hingga jam setengah 4, keluar teman saya Relita yang baru selesai sidang dari dalam ruang prodi. Relita diberitahu bu silvi kalo saya mau dieliminasi dari sidang hari ini, dikarenakan dosen pembimbing saya tidak hadir dan tidak ada surat keterangan yang prodi terima. Saya kaget dan langsung lemas, bagaimana ini? Haruskah hari ini berakhir seperti ini?
Baru saya ingin melangkahkan kaki ke dalam prodi untuk meminta kejelasan status saya hari ini, keluar akang dari angkatan 2009 yang juga sidang hari ini dari dalam prodi “Irni dipanggil ke dalam”. Saya langsung bergegas membawa tas dan map berkas untuk sidang, apapun yang terjadi saya harus siap untuk hari ini. Ternyata di dalam prodi, saya dipersilakan masuk untuk mempersiapkan persentasi, saya mulai lega. Tapi ketika saya sibuk mempersiapkan laptop dan lcd, saya dengar percakapan dosen, bahwa saya memang tadinya akan dieliminasi, tapi melihat saya yang sudah menunggu dari pagi hingga sore, saya diizinkan juga untuk sidang hari ini. Dan alhamdulillah kedua dosen penguji saya bersedia untuk menguji saya walau tanpa dosen pembimbing. Terima kasih ya Allah...ah lagi-lagi saya ingin menangis, tapi untuk kali ini saya tahan, hehe. Saya harus konsentrasi untuk persentasi dan menjawab pertanyaan saat sidang. Bismillah... 
Setengah 5 sore saya baru keluar dari ruang sidang, dengan perasaan haru akhirnya hari ini dapat saya lewati. Ketika saya keluar ruangan, teman teman semua menyerbu saya. Ahh, lagi lagi rasanya ingin menangis saking harunya, dan menelepon mama untuk curhat. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah hadir dan memberi semangat hari ini. Baru lima menit saya keluar ruangan, semua peserta sidang dipanggil ke ruang pertemuan untuk yudisium. Saya sudah berserah sepenuhnya, apapun hasilnya, lulus tidaknya biar Allah yang berhak menentukan. 10 orang yang sidang hari ini, kami berbaris dihadapan dekan dan beberapa perwakilan dosen akuntansi. Dekan mulai membuka yudisium, dan mengumumkan hasil sidang hari ini. Satu persatu nama kami dipanggil dan diumumkan nilai yudisiumnya. Tiba giliran nama saya dipanggil, dan diumumkan ‘Lulus’. Alhamdulillah rasanya ingin menangis (lagi) dan sujud syukur saat itu. kami semua yang sidang pada hari ini alhamdulillah lulus dengan nilai yang memuaskan. Alhamdulillah saya bisa mendapat nilai yudisium terbesar kedua setelah teman saya Relita. Saya hanya bisa mengucap alhamdulillah yang tidak henti-hentinya, ya Allah nikmat mana lagi yang bisa saya dustakan? Engkau Maha Baik ya Allah...terima kasih untuk setiap kekuatan yang Kau beri, untuk setiap keihklasan yang Kau selipkan dalam hatiku, untuk setiap kesabaran yang selalu Kau sirami di hatiku hingga aku dapat berdiri pada hari ini dengan gelar Sarjana Ekonomi...terima kasih ya Allah ^_^.