Ah, surga masih jauh. Jauh, bahkan sangat jauh.
Ketika kehidupan memberi alasan untuk meneriakkan kebebasan,
justru di belahan bumi sana saudara saudara kita hidup dalam tekanan dan
penderitaan. Ada yang berada dalam tekanan pemerintahannya sendiri yang dialami
saudara kita saat ini di Mesir. Ada yang bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun
memperjuangkan kemerdekaan bangsanya yang berada dalam tekanan kafir
laknatullah. Ada yang sampai diusir dari negaranya sendiri karena tidak diakui
kewarganegaraannya. Tapi yang kudengar, bahwa mereka terus melahirkan generasi-generasi
penghafal quran. Mereka bertahan dengan segala keterbatasan hidup yang
senantiasa dicekam ketakutan, entah 1 menit ke depan apakah kemerdekaan itu
masih bisa mereka angankan dan perjuangkan. Mereka bertahan dengan keyakinannya
untuk membela kebenaran yang mulai tertutupi oleh kezaliman penguasa.Dan
mungkin sampai saat ini, di negara kita sendiri masih banyak saudara kita yang
berada dalam tekanan, walau mungkin tak terekspos media.
Saya pernah menjadi saksi dari kisah sahabat saya sendiri yang
akhirnya keluar dari pekerjaannya karena gerak lingkupnya di perusahaan yang mengekang
karyawannya untuk melaksanakan kewajiban 5 waktunya. Padahal kebebasan untuk
beribadah sudah diatur dalam undang-undang. Dia takut pada Rabb-nya bila terus
meninggalkan kewajibannya, dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Padahal
saat itu saya tau dia sangat membutuhkan pekerjaan tersebut. Awalnya dia berada
dalam dilema yang mungkin terberat dalam hidupnya apakah dia tetap bisa
mendapatkan pekerjaan kembali di zaman yang serba ‘menyulitkan’ ini. Namun dengan
keyakinannya bahwa rezeki bisa datang dari arah manapun yang Allah kehendaki ,maka
dia pun keluar dengan hati yang luar biasa lapang. Dia ceritakan bagaimana kini
hatinya luar biasa tentram walau harus menjadi pengangguran, namun dia yakin
Allah kan mengganti semua itu dengan hal yang jauh lebih baik dan lebih indah
dari apa yang pernah dia raih sebelumnya.
Ah, ku rasa surga semakin jauh. Jauh dari ibadahku, jauh
dari kesabaranku, jauh dari pengorbananku, jauh, jauh, jauh....
Mungkin langkah kaki ini tak kan pernah sampai ke tanah
saudaraku di sana. Suara orasi pun, aku tak pandai untuk bisa meneriakkannya
seperti mereka yang melakukan aksi solidaritas di mana-mana. Aku hanya seorang
saudara yang mungkin hanya bisa menangis dan menjerit mendengar berita-berita
itu di media. Namun dengan keyakinan terkabulnya do’a sebagai senjata terkuat
sorang muslim, tak henti dalam tiap shalat ku selipkan do’a untuk
saudara-saudaraku di sana.
Robbana, jadikan saudara-saudaraku di manapun mereka berada
yang terus berjuang dan bertahan pada diin-Mu bisa semulia para sahabat
terdahulu. Yang dengan gigihnya, dengan sabarnya, dengan segala yang mereka
punya terus bertahan dan berjuang dalam segala keterbatasannya. Aku seringkali
bertanya ya Allah, mengapa tidak Kau hancurkan dan binasakan mereka yang
menindas saudaraku dan bahkan agama mulia ini seperti saat dulu Kau binasakan
pasukan bergajah Abrahah yang ingin menghancurkan kakbah? Mengapa tidak ya
Allah? Ku yakin kuasa-Mu, tak pernah kuragukan itu. Namun lagi-lagi jiwa
pendosa ini menghalangi semua tanya itu kembali pada perenungan panjang diri
sendiri.
Ah, surga masih jauh...
Perenungan ini mengembalikanku pada kenyataan diri yang hina
ini.
Robbana...Engkau tahu bahwa jiwa pendosa ini masih mecoba
untuk bisa memperbaiki diri. Ibadah yang minim dan tak khusyuk ini sepertinya
belum layak kupersembahkan. Perjuangan untuk menahan hawa nafsu ini hanya
sekedar janji manusia hina yang tak pantas menerima setelah semua karunia-Mu.
Bahkan menutup auratpun belum bisa sempurna seperti akhwat-akhwat luar biasa
yang begitu ku kenal dan kukagumi dengan dakwahnya. Namun harap dan do’a dari
diri yang hina ini tak pernah henti diucap dan dihaturkan. Berharap Kau bisa
kabulkan do’a dan harap ini. Istiqamahkan hati ini selalu, sampai tiba akhir
waktu di dunia ini...
Ya Allah jadikan umur terbaik hamba di penghujungnya,
jadikan amal terbaik hamba di penghujungnya, jadikan hari-hari terbaik hamba
saat bertemu dengan-Mu...
#bandung, 26 agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar